Selain potensi madu Trigona, Desa Kayangan juga memiliki daya tarik lain yang kini mulai banyak dikunjungi wisatawan, yaitu kebun anggur dengan koleksi lebih dari 70 varian anggur dari berbagai jenis dan karakter pertumbuhan. Kebun anggur yang dikelola oleh warga setempat ini menjadi salah satu pusat budidaya anggur terbesar di wilayah Lombok Utara, dan kini dimanfaatkan sebagai lokasi panen bersama serta edukasi pertanian.
Berbagai jenis anggur tumbuh subur di kebun ini, mulai dari varian lokal hingga jenis impor seperti Jupiter, Ninel, Transfiguration, Akademik, Baikonur, hingga Shine Muscat. Setiap varian memiliki ciri warna, rasa, ukuran buah, dan masa panen yang berbeda, sehingga membuat kebun anggur ini menjadi tempat belajar sekaligus destinasi foto yang menarik bagi pengunjung.
Kegiatan panen anggur dilakukan secara berkala sesuai masa kematangan buah. Pengunjung yang datang tidak hanya dapat melihat proses budidaya, namun juga diperbolehkan memanen sendiri anggur yang siap dipetik langsung dari pohonnya. Buah anggur yang dihasilkan memiliki kualitas premium karena ditanam tanpa pestisida kimia berlebihan dan dirawat dengan teknik pemangkasan serta penyinaran yang tepat.
Menurut pengelola kebun, koleksi 70 lebih varian ini terus bertambah dari tahun ke tahun berkat proses grafting (sambung pucuk) dan eksperimen adaptasi varietas baru. “Kami ingin membuat kebun ini bukan hanya tempat panen anggur, tapi juga pusat riset kecil bagi petani muda yang ingin belajar budidaya anggur tropis,” ujar salah satu pengelola.
Hasil panen anggur segar biasanya dipasarkan langsung dalam bentuk buah siap konsumsi, tetapi sebagian telah dikembangkan menjadi olahan turunan seperti jus anggur murni, selai, dan produk fermentasi non-alkohol yang siap dipasarkan sebagai produk unggulan desa.
Dengan adanya kebun anggur beragam varietas ini, Desa Kayangan semakin memperkuat citranya sebagai desa berbasis pertanian produktif yang mampu menggabungkan unsur budidaya, wisata, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Kegiatan panen madu Trigona kembali dilakukan oleh masyarakat Dusun Beraringan, Desa Kayangan, dengan hasil yang memuaskan. Panen kali ini berasal dari lebih dari 100 koloni lebah Trigona yang dibudidayakan warga secara mandiri di halaman rumah dan area kebun. Dengan jumlah koloni yang terus meningkat, panen madu tahun ini menghasilkan volume yang lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya.
Proses panen dilakukan secara hati-hati dengan teknik penyedotan madu dari tabung sarang tanpa merusak struktur koloni, sehingga lebah tetap dapat memproduksi madu pada siklus berikutnya. Madu yang dihasilkan memiliki warna yang khas, tekstur lebih cair, dan cita rasa asam-manis alami—ciri utama madu Trigona yang banyak dicari karena kandungan antioksidan dan khasiat kesehatannya.
Menurut salah satu peternak, jumlah koloni yang sudah mencapai lebih dari seratus ini merupakan hasil dari pengembangan bertahap selama dua tahun. “Dulu kami mulai hanya dari belasan koloni. Sekarang sudah ratusan, dan panennya semakin stabil,” jelasnya.
Setelah dipanen, madu langsung disaring dan dikemas dalam botol tanpa campuran bahan lain, sehingga kualitas dan kemurniannya tetap terjaga. Sebagian besar hasil panen dijual langsung kepada pembeli yang datang ke dusun, sementara sisanya dipasarkan melalui pemesanan online dan jaringan pemasaran lokal.
Kegiatan panen madu ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga menjadi bukti keberhasilan masyarakat dalam menjaga ekosistem lebah Trigona yang penting bagi proses penyerbukan tanaman di wilayah Desa Kayangan.